SEMARANG, anewsidmedia.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong masyarakat agar melengkapi imunisasi anaknya, hal itu diperlukan agar anak terhindar dari risiko polio. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar saat mengisi workshop bertajuk ‘Komunikasi Risiko dalam Merespons Kejadian polio di Provinsi Jawa Tengah’, yang diadakan di Situation Room Diskominfo Kota Semarang, Rabu (24/1/2024).
Yunita mengingatkan kurangnya kesadaran masyarakat karena orang tua sibuk bekerja atau tidak tinggal di rumah bersama anaknya, membuat mereka tidak mengetahui adanya informasi imunisasi polio.
Informasi terkait imunisasi itu, dipastikan Yunita sudah disampaikan lewat posyandu, puskesmas, IDAI, ormas islam, hingga organisasi masyarakat lainnya.
Selain itu, imbuh Yunita, pihaknya juga berinisiatif melakukan jemput bola dari rumah ke rumah atau melakukan sweeping guna memastikan semua anak di Jawa Tengah telah mendapat vaksin dan terbebas dari risiko polio. Semakin banyak anak sudah melakukan vaksin atau imunisasi, maka akan terbentuk kekebalan kolektif dari anak-anak.
“Upaya jemput bola itu sweeping, ke rumah-rumah, mana yang masih ada balita, ada yang umur 7 tahun (akan divaksin). Kalau di sekolah lebih mudah, karena anak-anak sudah sekolah jadi lebih mudah. Sekali lagi kita dorong dan pastikan kalau semua anak sudah diimunisasi polio,” tandasnya.
Yunita menambahkan perlu memberikan edukasi ke masyarakat terkait pencegahan polio pada anak dengan cara memberikan imunisasi polio. Ia juga berharap agar kasus polio tak lagi terjadi di Indonesia, terutama Jawa Tengah. Sebab, tak ada obat untuk kelumpuhan polio karena sudah menyerang syaraf.
Terkait Sub Pekan imunisasi Nasional (PIN) yang digalakkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, diungkapkan oleh Yunita, hingga kini dari 35 kabupaten/kota se- Jateng, capaian tertinggi diperoleh oleh Boyolali yang tembus 113 persen dari target sasaran.
Disisi lain, masih ada sebanyak tujuh kabupaten/kota yang capaian vaksinasinya belum mencapai 95 persen. Di antaranya, Solo, Semarang, Pekalongan, Wonogiri, hingga Temanggung. Terendah di Temanggung sebanyak 89 persen. Meski hanya selisih sedikit, tetapi angka itu penting untuk dicapai. “Faktor yang terjadi di sana dia pencapaiannya lebih dari 89 tapi input datanya belum selesai itu jadi gap (jarak),” tandas Yunita.
Menurut Yunita belum tercapainya target Sub PIN itu, Yunita, tak terlepas dari penolakan vaksinasi polio yang masih kerap terjadi di masyarakat. “Penolakan sebetulnya bukan dari hal yang sifatnya sisi keagamaan dan lainnya, tetapi hanya pada kenapa anaknya sudah diimunisasi polio kok ini ada polio lagi? Begitu,” sambungnya.