Menu

Mode Gelap

Budaya · 31 Des 2023 16:24 WIB

Kekayaan Budaya Indonesia, Upacara Adat Penyembuhan Beliant Kalimantan Timur


					Kekayaan Budaya Indonesia, Upacara Adat Penyembuhan Beliant Kalimantan Timur Perbesar

KUTAI BARAT, anewsidmedia.com – Upacara adat adalah salah satu kekayaan budaya yang ada di Indonesia, salah satunya adalah upacara penyembuhan Beliant. Upacara penyembuhan Beliant ini berasal dari Kutai Barat, Kalimatan Timur dan banyak dilakukan oleh masyarakat Dayak Benuaq dan Tonyooi.

Dalam proses upacara adat tersebut, proses penyembuhan juga diikuti dengan pemberian beberapa ramuan obat tradisional. Selain obat tradisional, dalam proses upacara ada juga iringan musik dan doa-doa yang ditujukan kepada dewa atau leluhur. Berikut akan dijelaskan tentang upacara pengobatan yang dilakukan masyarakat Dayak.

Upacara Pengobatan Beliant

Dikutip dari buku berjudul klentengan dalam buku sentiu suku dayak benuaq Kalimantan Timur’ karya eli Irawati, upacara adat Beliant ini berasal dari kata lient: tuing atau betuhing, yang miliki arti berpantang atau tabu. Karena itu Beliant memiliki maksud serangkaian usaha masyarakat Dayak untuk mencegah terjadinya suatu musibah pada manusia atau lingkungan. Beliant ini memang tidak hanya difungsikan untuk mengobati penyakit, tapi juga untuk keperluan lain. Masyarakat Dayak juga melakukan Upacara beliant untuk mencegah terjadinya bencana alam, gagal panen, membuang sial, dan lain sebagainya. Dari semuanya, Upacara Beliant untuk penyembuhan masih terus dilakukan. Saat ada seseorang yang mengalami sakit, masyarakat Dayak Banuaq dan Tonyooi biasanya melakukan pengobatan tradisional. Namun pemberian obat, tidak sekedar membuat ramuan dan meminumnya. Pengobatan akan dilakukan melalui sebuah ritual adat.

Berita Terkait:  Ngamuk saat Hendak Dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, ODGJ Bawa Kabur Ambulans

Masyarakat Dayak meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang itu merupakan bentuk kemarahan dewa atau leluhur pada orang yang sakit. Sehingga Upacara Beliant perlu dilakukan, sebagai bentuk permintaan maaf pada dewa atau leluhur. Walau sekarang zaman sudah modern dan ada dokter yang bisa memberikan pengobatan, beberapa masyarakat Dayak Benuaq dan Tonyooi masih melakukan ritual ini. Mereka akan melakukan ritual ini saat pengobatan yang dilakukan oleh dokter dirasa tidak memberikan kesembuhan. Hal itu berkaitan dengan kepercayaan mereka akan adanya roh jahat yang dikirim oleh dewa atau leluhur. Upacara penyembuhan beliant ini dilakukan dalam dua jenis, yaitu Beliant Bawo dan Beliant Sentiyu. Dua jenis upacara itu memiliki perbedaan namun tujuannya tetap sama yaitu menyembuhkan seseorang dari penyakit.

Kelentangan dalam Beliant

Iringan musik pada upacara penyembuhan Beliant ini adalah kelentangan.Kelentangan ini merupakan nama instrumen dan juga nama musik yang mengiringi proses upacara Beliant. Adanya iringan musik kelentangan ini dipercaya masyarakat sebagai cara mempercepat berkomunikasi dengan dewa atau leluhur. Musik ini dimainkan dengan menggunakan alat bernama pencong yang memiliki bentuk seperti gong dengan ukuran kecil. Lalu ada juga alat musik gimar yang berbentuk seperti kendang silinder. Alat musik lain adalah genikng yaitu alat musik yang memiliki ukuran paling besar.

Berita Terkait:  Kurangi Praktek KKN (Korusi, Kolusi, Nepotisme) Mahasiswa Universitas Diponegoro Melakukan Edukasi Anti-Gratifikasi Pada Peranglat Desa

Kemudian ada alat musik sulikng dewa yang itu sebuah suling dari bambu. Selain alat musik ada juga obat tradisional yang harus disipakan sebelum dimulainya upacara penyembuhan. Obat tradisional yang digunakan akan disesuaikan dengan keluhan orang yang sakit. Masyarakat Dayak sudah mengenal beragam jenis tanaman obat yang diyakini memiliki kemampuan pengobatan.

Berikut beberapa tanaman obat yang biasa digunakan:

  1. Obat sakit perut menggunakan tanaman gelinggam, tanaman peai, tanaman benuang rangkang, dan tanaman kunjeng.
  2. Obat penawar racun menggunakan tanaman koyur.
  3. Obat luka sengat menggunakan tanaman biowo.
  4. Obat batuk menggunakan buah pingan muda, jeruk nipis, tanaman krehau, dan tanaman kecapiring.
  5. Obat demam menggunakan campuran daun kapuk, daun nangka belanda, dan daun selasai. Ada campuran lain, yaitu menggunakan daun bunga sepatu yang dicampur dengan bawang merah dan putih.
  6. Obat gatal menggunakan daun belong kokang, daun merpetak, daun berap, dan daun pare.

Nah, itu tadi beberapa informasi tentang upacara adat penyembuhan Beliant dari Kalimantan Timur.

Masyarakat Dayak hingga kini masih melakukan tradisi ini untuk mendapatkan kesembuhan, keselamatan, dan kelancaran saat panen.

Berita Terkait:  Cara Memelihara Kulit dan Kecantikan di Suhu Ekstrem Menurut Dr dr Renni Yuniati SpDVE FINSDV FAADV

Jenis Upacara Beliant

  1. Beliant Bawo

Pada upacara penyembuhan ini dilakukan untuk jenis penyakit-penyakit ringan. Saat upacara dilakukan akan ada seorang tabib yang memimpin jalannya upacara. Tabib pada uacara Beliant Bawo ini biasanya hanya satu orang dan perempuan. Bisanya upacara ini dilakukan pada anak-anak yang mengalami demam.

  1. Beliant Sentiyu

Upacara adat Beliant Sentiyu membutuhkan proses yang lebih panjang. Bahkan dalam pelaksanaannya, dibutuhkan lebih dari satu tabib. Proses berlangsungnya pengobatan ini pun bisa dilakukan selama 4 hari 4 malam. Upacara pengobatan besar ini dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan serius.Dari dua jenis upacara itu, semuanya membutuhkan penyembelihan hewan ternak seperti babi. Selain itu, akan disiapkan juga patung kecil yang menggambarkan roh jahat, serta ornamen janur, dan juga ramuan dari berberapa obat tradisional. Selama proses dilakukan, akan ada iringan musik yang memiliki peranan penting dalam proses upacara.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Meniadakan Mudik Gratis Sepeda Motor

23 Februari 2025 - 11:19 WIB

Trending di Ekonomi