SEMARANG, anewsidmedia.com – Tari Lestari Alamku merupakan tari tradisional kreasi yang mengusung tema lingkungan hidup. Tarian ini diciptakan oleh salah satu Sanggar yang bernama Sanggar Kartika Budaya. Penciptanya ialah Desi Rani, Adi Bagus, dan Khafidatul. Tari Lestari Alamku merupakan suatu kampanye kepada masyarakat agar mereka lebih peduli terhadap lingkungan.
Dengan ditampilkannya tarian ini, diharapkan masyarakat sadar untuk menjaga kelestarian bumi, merawat alam, dan menjaga hutan. Gerakan , music, bahkan pakaian yang digunakan dalam tarian ini pun memiliki filosofi tersendiri. Gerakan yang digunakan cenderung misterius dan penuh semangat seperti terombang ambing sebab menggambarkan alam yang dirusak oleh manusia. Musiknya pun memiliki lirik yang menggambarkan tentang kerusakan alam yang terjadi di dewasa ini. Salah satu liriknya adalah “ dul gundul gundul pacul saiki alase gundul, bel gembel gembelengan alase kebak bangunan “ yang mana jika diartikan yaitu saat ini hutan hutan yang tersedia mengalami kerusakan dan banyak dialihkan menjadi bangunan.
Selain itu, property yang digunakan pada tarian Lestari Alamku adalah caping dan ranting. Makna dari caping adalah symbol gotong royong sebab dahulu masyarakat menggunakan caping ketika bekerja sama di sawah dan sebagai pelindung dari teriknya matahari. Lalu ranting pohon memiliki makna kekeringan serta rusaknya alam.

Hingga saat ini, Tari Lestari Alamku masih menjadi salah satu tarian kreasi favorit yang sering ditampilkan oleh suatu instansi terkenal dalam acara acara besar. Salah satunya Universitas Diponegoro yang mengangkat tarian ini menjadi tari pembuka/ opening dalam acara Orientari Dasar Mahasiswa (ODM) tahun 2023. Alasan diambilnya tarian ini sebagai salah satu bentuk ajakan kepada mahasiswa baru untuk terus merawat dan mencintai lingkungan agar tidak semakin rusak. Bentuk ajakan tarian seperti ini memanglah sangat kreatif karena tidak membosankan namun memiliki makna tersirat yang justru akan lebih menyentuh hati masyarakat yang melihat dan menikmatinya.