SEMARANG, anewsidmedia.com – Dalam sorotan khas sinar matahari pagi, kelenteng menjadi panggung keagungan dan keindahan seni arsitektur yang melekat erat dengan warisan budaya. Menyiratkan sejuta cerita dan rahasia, kelenteng menjadi titik temu spiritualitas dan kekayaan tradisi yang terus berkembang dari generasi ke generasi. Pandangan masyarakat terhadap kelenteng tidak hanya sebatas sebagai tempat ibadah semata, melainkan juga sebagai landmark budaya yang sarat akan makna filosofis dan sejarah.
Dalam upaya melestarikan nilai-nilai luhur, kelenteng menjadi wadah kegiatan sosial dan kebudayaan yang melibatkan masyarakat sekitar. Sejumlah perayaan dan festival tradisional seringkali menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara, menarik mereka untuk ikut merayakan keanekaragaman budaya yang diwujudkan dalam warna-warni persembahan dan ritual khas kelenteng.
Namun, di balik gemerlapnya warna dan keindahan yang terpancar dari kelenteng, tantangan- tantangan modern juga menghadang. Dalam melihat kedepannya, kelenteng perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilai spiritual yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Bergandengan tangan dengan roh kearifan lokal dan kemajuan teknologi, kelenteng terus menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Mari bersama-sama mengungkap keajaiban dan kekayaan yang terkandung di dalam kelenteng, sebuah perjalanan yang tak hanya melibatkan ruang dan waktu, tetapi juga jiwa yang selalu bersemangat untuk mempertahankan warisan leluhur.
Kelenteng Tay Kak Sie salah satunya. Kelenteng yang berada di Gang Lombok Pecinan Semarang ini memberi kesan unik tersendiri. “Kelenteng ini sendiri mulai berdirinya pada tahun 1976,” ungkap salah satu pemelihara Kelenteng Tay Kak Sie (05/12/2023).
Kontruksi yang ada pada Klenteng Tay Kak Sie ini sendiri mengambil gaya cina, bisa dilihat dari tiang-tiang penahan bangunan yang terbuat dari segitiga. Sebuah kontruksi dan gaya yang ada pada suatu tempat sangat memengaruhi makna dan arti setiap bagiannya. Karena dari setiap kontruksi dan gaya pada setiap bagian makna tersebut diambil dari daerah asalnya, yang pasti nantinya tidak akan jauh berbeda.
Misalkan saja cina yang identik dengan patung dewa-dewi yang beragam dan banyak. Kemudian menyuguhkan dengan warna merah, kuning, hijau. Ada ikon cina yang sangat khas dari dulu sampai sekarang, yakni hewan naga dan matahari. Di cina banyak dikaitkan seperti mitologi-mitologinya, para leluhurnya, yang mana sangat menghormati yang dahulu kala. Dengan begini dapat dikatakan sejarah kehidupan bagi sekelompok etnis sangat penting. Karena dengan adanya sejarah, mereka dapat membangun bagaimana tempat peribadahan yang betul untuk dirinya dan leluhurnya.
Kelenteng Tay Kak Sie mengadaptasi banyak nilai budaya Tionghoa Selatan pada hampir seluruh aspek bangunannya baik interior maupun eksterior. Tiongkok Selatan terkenal sebagai wilayah yang subur dan juga kaya akan keanekaragaman flora dan fauna. Nah, banyak sekali bangunan di Cina Selatan yang bertemakan flora dan fauna. Tak jauh berbeda, Klenteng Tay Kak Sie memiliki ragam dekorasi yang beraneka ragam. Contohnya adalah ikan naga yang terdapat pada konsol dimana unsur tersebut tidak dapat ditemukan pada bangunan candi lain yang terletak di kawasan Pecinan Semarang.
Kelenteng Tay Kak Sie sendiri mempunyai bentuk bangunan yang dinamis dimana bentuk bangunan ini mengadaptasi dari bentuk bangunan yang ada di Tiongkok Selatan. Bahkan pada lantai yang terdapat pada Kelenteng Tay Kak Sie mempunyai bentuk geometris, lantainya berbentuk persegi panjang, dan pelapis lantainya berbentuk persegi dan heksagonal. Kelenteng ini juga mempunyai peninggian lantai pada bagian dalam candi yang bertujuan untuk menghindari pengaruh kelembaban dan mempunyai makna sebagai tempat suci/beribadah.
Kemudian, bentuk heksagonal pada jok lantai mempunyai makna sebagai hubungan dengan angka delapan yakni, Dewa Penjaga. Kelenteng Tay Kak Sie ini yang banyak menggunakan warna merah, kuning, dna hijau. Mengadaptasi dari ajaran Cina kuno warna-warna tersebut memiliki makna seperti, warna merah berarti kebahagiaan, sedangkan warna hijau memberi keberuntungan dan umur panjang. Selain itu warna keemasan ataupun kuning menjadi simbol kekuasaan dan kerajaan yang diagungkan.
Dalam bahasa Cina, sistem penahan rangka disebut dua-dong dan berfungsi untuk menahan kasa atap. Saat memasuki area kelenteng di bagian depan akan terdapat patung Laksamana Cheng Ho dan di tepian sungai pengunjung dapat melihat replika Laksamana Cheng Kapal Ho bersandar. Kelenteng ini juga mempunyai sumur langit, yaitu lubang atau ruang terbuka pada atap kelenteng yang langsung menghadap ke langit. Sumur langit berfungsi sebagai altar utama yang bermakna untuk pemujaan agar menghadap langsung kepada Tuhan-Nya. Pada atap kelenteng dihiasi sepasang naga yang berebut matahari. Dalam mitologi Tiongkok, naga adalah hewan yang melambangkan kekuasaan, keadilan, dan penjaga benda suci, sedangkan matahari merupakan lambang mutiara alam semesta.
Selain itu, Di depan pintu masuk juga terdapat singa jantan dan betina yang melambangkan penolak, keadilan, dan kejujuran. Lalu, ada lukisan sepasang panglima perang Qie Lan Pu Sa dan Wei Tuo Pu Sa. Tak jauh dari pintu masuk, pengunjung dan orang yang beribadah juga bisa melihat tempat besar Abu Hio diapit dua buah lilin yang tak pernah mati sepanjang tahun. Ruangan pada kelenteng ini terbagi menjadi tiga, yaitu ruangan tengah untuk pemujaan utama, yaitu tempat pemujaan.
Pada kelenteng-kelenteng yang berada di Indonesia berpatok pada rumah-rumah tradisional etnis Tionghoa dahulu di Cina, yang berunsur seperti batu, bambu, kayu, hingga lumpur. Langit-langit yang terdapat pada Kelenteng Tay Kak Sie terbentuk dari struktur terbuka, sehingga bentuk langit-langit yang terlihat di kelenteng mengikuti bentuk atap pelana (gavel- aligned gable). Plafon sendiri berfungsi sebagai pelindung segala sesuatu yang ada di bawahnya. Plafon ini sendiri mempunyai susunan balok penyangga yang mempunyai arah horizontal dan vertical, yang memiliki makna hubungan antara manusia dengan Tuhan serta antara manusia dengan manusia.
Tidak lupa dengan lampion, yang menjadi ikon dari Cina dan Tionghoa. Lampion-lampion ini diletakkan di atas altar-altar untuk beribadah. Selain untuk dekoratif, lampion dipercaya sebagai jimat untuk menghilangkan atau menangkis pengaruh jahat yang datang. Oleh karena itu, lampion ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat Tionghoa.