Menu

Mode Gelap

Budaya · 22 Des 2023 01:22 WIB

Kampung Batik Semarang: Dulu Kumuh dan Sarang Percopetan, Kini Kaya akan Edukasi


					Kampung Batik Semarang: Dulu Kumuh dan Sarang Percopetan, Kini Kaya akan Edukasi Perbesar

SEMARANG, anewsidmedia.com – Di tengah-tengah Kota Semarang ternyata ada kampung batik unik yang masih satu kawasan dengan destinasi Kota Lama Semarang. Tepatnya berada di Jl. Batik, Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Dahulunya, Kampung Batik adalah daerah yang kumuh dan rawan terjadinya kejahatan seperti jambret dan percopetan.

Namun sejak saat 2007, masyarakat setempat bersama-sama menyulap Kampung Batik menjadi tampilan yang berbeda agar memiliki citra yang lebih baik di mata masyarakat luar. Di setiap RT Kampung Batik juga memiliki sebutan yang berbeda beda seperti Kampung Batik Djadoel, Widoharjo, Malang, Ubusari, Gedong, Jaksa, dan Pakalan.

Tidak hanya penyebutan setiap RT saja yang diganti, namun tampilan di sepanjang desa juga ikut diubah mulai dari jalan yang di cat dan rumah-rumah yang dilukis dengan menggunakan gambar batik. Hal menarik lain yang menjadi ikon Kampung Batik adalah terdapat lorong mural yang menyuguhkan kisah pertempuran 5 hari di Semarang. Selain itu juga terdapat kisah sejarah bagaimana Kota Semarang terbentuk dan kota sekitarnya seperti Salatiga yang dilukis oleh Pak Luwiyanto seorang seniman sekaligus ketua paguyuban di Kampung Batik.

Terdapat pula keberagaman kebudayaan yang dipaparkan dalam mural tersebut dimana pada abad ke 8 daerah pesisir dikuasai oleh kelompok agama Hindu, tak selang beberapa lama datanglah agama Islam yang hendak berdagang dengan ChengHo, yang selanjutnya membangun masjid dengan akulturasi bentuk kuil karena terdapat kebudayaan Cina di dalamnya. Dalam mural itu juga tergambar lukisan Warak Ngendok yang menjadi ikon Dugderan saat festival rakyat di Kota Semarang digelar dengan mewakili 3 etnis yang mendiami Kota Semarang. Kepala berbentuk naga yang melambangkan Cina, badan berbentuk burok melambangkan Arab dan kaki berbentuk kaki kambing yang melambangkan Jawa.

Berita Terkait:  Duet Ganjar-Mahfud, Gen Z: Keduanya Memiliki Pengalaman di Pemerintahan

Transformasi Kampung Batik menjadi sekarang ini merupakan peran dari masyarakat setempat yang dapat bersinergi bersama membangun desanya menjadi desa wisata dan sponsor yang datang seperti PLN yang memberi bantuan penerangan jalan dan sebagainya. Kampung batik sangat mengunggulkan kedamaian dan ketentraman dalam menjalani kehidupan meskipun berdampingan dengan berbagai macam suku, etnik, dan agama yang berbeda beda.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Meniadakan Mudik Gratis Sepeda Motor

23 Februari 2025 - 11:19 WIB

Trending di Ekonomi