Menu

Mode Gelap

Pendidikan · 21 Des 2023 21:05 WIB

Persemian Kompleks Fasilitas Kerohanian, UGM Kini Punya Rumah Ibadah Enam Agama


					Foto: ugm.ac.id Perbesar

Foto: ugm.ac.id

YOGYAKARTA, anewsidmedia.com – Universitas Gadjah Mada kini telah memiliki rumah ibadah enam agama di lingkungan kampus. Di samping Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang telah lebih dulu dibangun, Rektor UGM telah meresmikan kompleks fasilitas kerohanian yang di dalamnya terdapat dua bangunan gereja, masing-masing untuk kegiatan kerohanian agama Katolik dan Kristen Protestan, wihara untuk peribadatan agama Buddha, kelenteng untuk peribadatan agama Konghucu, serta pura untuk peribadatan agama Hindu.

Fasilitas kerohanian dibangun untuk mewadahi kegiatan-kegiatan kerohanian bagi sivitas UGM yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kompleks ini diresmikan Rektor dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Selasa (19/12) bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-74 UGM.

“Di UGM sendiri salah satu karakter yang kita bangun adalah inklusivitas. Kita memang heterogen, sehingga itu harus diwadahi termasuk dalam hal keberagamaan,” tutur Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D dikutip dari ugm.ac.id.

Fasilitas kerohanian ini berlokasi di Jl. Podocarpus, Sendowo, berdekatan dengan salah satu asrama mahasiswa UGM. Fasilitas tersebut berdiri pada lahan seluas 5.994 M2, di dalamnya termasuk area terbuka hijau, plaza, serta area parkir.

Berita Terkait:  SLB dan Pemkab Purbalingga Kerja Sama Penuhi Kebutuhan Siswa Penyandang Disabilitas

Masing-masing bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama. Dua gereja yang telah berdiri masing-masing mampu menampung hingga 100 orang. Pura mampu menampung 50 orang, sedangkan wihara dan kelenteng masing-masing dapat menampung sekitar 40 orang.

Inisiasi Pembangunan fasilitas ini dimulai pada tahun 2020, pada kepemimpinan rektor sebelumnya, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng. Peletakan batu pertama dilakukan pada 21 Mei 2022 di akhir masa kepemimpinannya, sementara proses pembangunan dimulai pada tanggal 24 Januari 2023 di bawah kepemimpinan rektor saat ini.

“Ini akan menjadi tempat bagi sivitas untuk berdiskusi dan mempraktikkan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing,” imbuh Rektor.

Bangunan wihara, kelenteng, dan pura telah selesai dibangun pada tanggal 19 November lalu, sedangkan gereja dan fasilitas pendukungnya diselesaikan pada tanggal 16 Desember. Pembiayaan pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana masyarakat sejumlah Rp25 Miliar.

Ketua MWA UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., menerangkan makna penting fasilitas ini, yang sejalan dengan jati diri dan semangat UGM. “Terima kasih atas kerja keras sehingga ini bisa terwujud, sebuah kebanggaan yang luar biasa. Kalau di GIK kita menjulang tinggi, di sinilah kita mengakar kuat. Sejak awal mahasiswa masuk ke sini sudah terekspose dengan keberagaman, ini akan menjadi modal besar bagi Indonesia ke depan,” tuturnya.

Berita Terkait:  2024 Spesial dan Langka!, Mitos-mitos Seputar Tahun Kabisat

Pratikno berharap, komunitas keagamaan di lingkup UGM dapat menghidupkan fasilitas ini dengan kegiatan-kegiatan yang bermakna. Ia juga berharap inisiatif ini dapat menginspirasi institusi pendidikan lainnya untuk ikut mewadahi para sivitas dalam menekuni kegiatan keagamaan sekaligus merayakan keberagaman.

“Kita bisa mendorong kebinekaan dari UGM. Harapannya ini terus diperluas di universitas lain, sehingga kesadaran akan perbedaan tetapi tetap bersatu menguat di antara anak muda kita,” tambahnya.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Trending di Kesehatan