GUNUNGKIDUL, anewsidmedia.com – Salah satu budaya yang masih melekat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini adalah “Rasulan”. Tradisi masyarakat tersebut sebagai bentuk perayaan mengunggkapkan rasa syukur kepada tuhan yang maha Esa seusai panen tiba.
Perayaan ini biasa diperingati dengan meriah oleh masyarakat dusun Winong, Seneng dan Besari di Kelurahan Siraman, Gunungkidul setelah bulan Syawal setiap Senin Pahing, dan menjelang musim panen selanjutnya.
Ketua RT 01, RW 07, Dusun Seneng, Nurcholis Suaidi atau kerap disapa Pak Nur, menjelaskan bahwa “Rasulan juga dimaknai sebagai hubungan antara manusia dan sang pencipta, penduduk setempat biasanya akan memasak besar dan mengundang saudara hingga kerabat lain desa untuk menyantap hidangan yang telah dimasak tuan rumah sebagai upaya menyambung tali silaturahmi,” jelasnya.

Dalam perayaan rasulan juga tak jarang dipertunjukkan berbagai macam kesenian tradisional mulai dari jathilan, reog, ketoprak, wayang kulit, kirab budaya, gunungan, pengajian akbar dan doa bersama, hingga berbagai macam olahraga seperti bola volley, gerak jalan dengan pembagian doorprize dan sepakbola.
Pak Nur juga menambahkan, bahwa Inti dari prosesi rasulan adalah setelah kirab masal, lalu kenduri ingkung ayam kampung dan nasi uduk yang biasanya di buat oleh ibu-ibu di setiap RT tersebut dan dikumpulkan di balai dusun sebagai pusat ritual acara, setelah di doakan oleh para tetua di desa, setelah itu ingkung tersebut diberikan kepada ketua RT masing- masing dan pengurus desa. Setelah acara utama tersebut lalu dilanjutkan dengan serentetan acara lainya yang biasanya hingga 2-5 hari. acara ditutup dengan pementasan wayang kulit semalam suntuk, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian acara.

Kebudayan Rasulan di Kabupaten Gunungkidul yang masih secara turun temurun dilaksanakan hingga dewasa ini, memberikan bukti bahwa kebudayan Gunungkidul masih terjaga dan lestari. Dengan pelaksanaan perayaan rasulan ini, diharapkan dapat menjadi sebuah bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat akan hasil panen selama setahun, dan adanya hiburan kebudayaan lainya dapat menjadi sarana pelestrarian budaya terhadap generasi selanjutnya.