Menu

Mode Gelap

Budaya · 14 Des 2023 01:28 WIB

Tradisi Rasulan sebagai Bentuk Rasa Syukur Masyarakat Tridusun di Gunungkidul


					Tradisi Rasulan sebagai Bentuk Rasa Syukur Masyarakat Tridusun di Gunungkidul Perbesar

GUNUNGKIDUL, anewsidmedia.com – Salah satu budaya yang masih melekat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini adalah “Rasulan”. Tradisi masyarakat tersebut sebagai bentuk perayaan mengunggkapkan rasa syukur kepada tuhan yang maha Esa seusai panen tiba.

Perayaan ini biasa diperingati dengan meriah oleh masyarakat dusun Winong, Seneng dan Besari di Kelurahan Siraman, Gunungkidul setelah bulan Syawal setiap Senin Pahing, dan menjelang musim panen selanjutnya.

Ketua RT 01, RW 07, Dusun Seneng, Nurcholis Suaidi atau kerap disapa Pak Nur, menjelaskan bahwa “Rasulan juga dimaknai sebagai hubungan antara manusia dan sang pencipta, penduduk setempat biasanya akan memasak besar dan mengundang saudara hingga kerabat lain desa untuk menyantap hidangan yang telah dimasak tuan rumah sebagai upaya menyambung tali silaturahmi,” jelasnya.

Dalam perayaan rasulan juga tak jarang dipertunjukkan berbagai macam kesenian tradisional mulai dari jathilan, reog, ketoprak, wayang kulit, kirab budaya, gunungan, pengajian akbar dan doa bersama, hingga berbagai macam olahraga seperti bola volley, gerak jalan dengan pembagian doorprize dan sepakbola.

Berita Terkait:  Dr. Ratih Mega Puspa Sari : Masyarakat Harus Perhatikan Perjanjian, Agar Tidak Terjebak Pinjol Ilegal

Pak Nur juga menambahkan, bahwa Inti dari prosesi rasulan adalah setelah kirab masal, lalu kenduri ingkung ayam kampung dan nasi uduk yang biasanya di buat oleh ibu-ibu di setiap RT tersebut dan dikumpulkan di balai dusun sebagai pusat ritual acara, setelah di doakan oleh para tetua di desa, setelah itu ingkung tersebut diberikan kepada ketua RT masing- masing dan pengurus desa. Setelah acara utama tersebut lalu dilanjutkan dengan serentetan acara lainya yang biasanya hingga 2-5 hari. acara ditutup dengan pementasan wayang kulit semalam suntuk, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian acara.

Kebudayan Rasulan di Kabupaten Gunungkidul yang masih secara turun temurun dilaksanakan hingga dewasa ini, memberikan bukti bahwa kebudayan Gunungkidul masih terjaga dan lestari. Dengan pelaksanaan perayaan rasulan ini, diharapkan dapat menjadi sebuah bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat akan hasil panen selama setahun, dan adanya hiburan kebudayaan lainya dapat menjadi sarana pelestrarian budaya terhadap generasi selanjutnya.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Meniadakan Mudik Gratis Sepeda Motor

23 Februari 2025 - 11:19 WIB

Trending di Ekonomi