BOTSWANA, anewsidmedia.com – The United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO), telah mengakui iftar atau tradisi berbuka puasa sebagai Warisan Budaya Takbenda atau Intangible Cultural Heritage pada Rabu (6/12).
Permohonan tradisi sosiokultural ini diajukan oleh negara seperti Iran, Turki, Azerbaijan, dan Uzbekistan kepada lembaga yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berpusat di Paris itu.
“buka puasa (Eftari atau Iftor) diperingati oleh umat islam saat matahari terbenam di bulan Ramadhan, setelah selesainya semua upacara keagamaan dan upacara,” tutur UNESCO mengutip AFP, Kamis (7/12).
Berbuka puasa dilakukan setelah azan maghrib berkumandang selama bulan suci Ramadhan. Hal ini berkaitan dengan pertemuan yang dapat memperkuat ikatan keluarga, komunitas, mempromosikan amal, solidaritas, dan pertukaran sosial.
Pada Senin (5/12) Intergovemmental Committee for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage atau komite Antarpemerintah untuk melindungi Warisan Budaya Takbenda, telah mengakui tradisi kuno ini di Botswana, Negara di Afrika bagian Selatan.
Di beberapa negara muslim, kebiasaan ini diawali dengan makan kurma dan teh menjelang berbuka puasa. Ditambah beberapa resep makanan kue kering dan masakan sangat bervariasi tergantung negaranya.
“Praktik berbuka puasa biasanya, diwariskan dalam keluarga, dan anak-anak serta remaja sering kali dipercaya untuk menyiapkan komponen makanan tradisional,” ujar UNESCO kembali.
Selain tradisi ‘buka puasa’, UNESCO juga menambahkan roti pipih ikonik Lebanon yakni manoushe ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda pada hari yang sama.