INDRAMAYU, anewsidmedia.com – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah (Jateng) melangsungkan studi banding program pemberdayaan petani mangga di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Kamis (28/9).
PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan merupakan bagian yang melakukan binaan program budidaya mangga jenis agrimania ini. Sementara budidaya mangga varietas baru ini yang mengelola adalah Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok (WTC) dan didanai melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina RU VI Balongan.
MPM yang diwakili Bendahara, Chabibul Barnabas dan Ketua Bidang Syiar Pemberdayaan, Syaifudin, difasilitasi oleh Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna.
Cecep merupakan perintis program tersebut saat dia menjadi Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU VI Balongan. Cecep didampingi Senior Supervisor SRU & LPG PT. KPI RU IV Cilacap, Djoko Mulyanto.
Saat berkunjung ke lokasi budidaya mangga di lahan seluas 4,5 hektar tersebut, Chabibul Barnabas mengatakan, studi banding dilakukan untuk mencari informasi tentang teknik budidaya, model pendampingan maupun manajemen pengelolaan yang dilakukan di bidang budidaya mangga agrimania. Apalagi manajemen korporasi petani yang saat ini sedang menjadi fokus garapan MPM PWM Jateng, juga sudah diterapkan dalam program tersebut.
“Ini tentu akan sangat bermanfaat dan bisa kita adopsi untuk program pemberdayaan petani di Jawa Tengah. Karena MPM tidak hanya fokus pada pertanian tanaman pangan, tetapi juga hortikultura. Kami di MPM memang sedang merintis terbentuknya korporasi petani,” jelas Chabibul Barnabas.
Menurut dia, model pemberdayaan dan pendampingan petani mangga yang dilaksanakan Pertamina sangat bagus, baik dari sisi managerial maupun pendampingan.
“Kami mendapat banyak ilmu. Dan itu bisa kita adopsi untuk program pemberdayaan petani di Jawa Tengah. Tidak masalah kita mengadopsi sesuatu yang bagus untuk kepentingan petani,” ungkapnya.
Dia menilai, program yang dirintis Cecep sangat bagus.
“Kami juga banyak mendapat pembelajaran dari Pak Cecep terkait strategi pemberdayaan, serta menjadi CDO (Community Development Officer, red) yang baik. MPM Butuh CDO-CDO yang tangguh,” tandasnya.
Sebagai informasi, CDO adalah semacam pekerja sosial yang langsung melakukan pendampingan terhadap masyarakat untuk meningkatkan kualitas sosial, ekonomi untuk mewujudkan kemandirian.
Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna mengatakan, program pendampingan petani mangga yang tergabung dalam Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok (WTC) dirintis sejak akhir tahun 2018. Saat itu dirinya masih menjabat sebagai Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU VI Balongan.
Kebetulan Pertamina RU VI Balongan memiliki lahan cukup luas di sekitar komplek Perumahan Pertamina “Bumi Patra” Balongan. Lahan tersebut belum dimanfaatkan, sehingga muncul ide untuk membuat program pemberdayaan dan pendampingan budidaya mangga agrimania di lokasi tersebut.
Sebelum program dijalankan, para anggota kelompok tani yang akan mengelola budidaya mangga agrimania diberi pelatihan. “Awal tahun 2016 anggota kelompok tani sudah diberi pelatihan tentang pembibitan dan budidaya mangga agrimania,” ungkap Cecep.
Pelatihan diberikan oleh H. Urip, pengelola Agro Eduwisata Situbolang Indramayu. H. Urip adalah warga Desa Nunuk, Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. Dia merupakan orang pertama yang mengembangkan mangga agrimania.
“Sekarang Haji Urip fokus mengurus eduwisata. Pendamping kelompok taninya sekarang Erwin Wiguna. Menurut dia, Erwin pernah mengikuti kegiatan magang bidang pertanian di Taiwan, sehingga ditunjuk menjadi pendamping kelompok tani.
Cecep menambahkan, manajemen korporasi petani sudah diterapkan di kelompk tani ini. Pengeloaan dan manajemen keuangan diserahkan kepada tim CSR PT. KPI RU VI Balongan. Setelah sebulan, baru dilakukan bagi hasil dengan petani, termasuk di dalamnya biaya pupuk dan lainnya.
“Ini juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya fitnah di internal kelompok tani. Jadi kelompok tani fokus budidaya dan merawat tanaman. Urusan keuangan sudah ada yang mengatur. Kalau ada pembeli, bayarnya tidak ke petani, tetapi ke rekening pengelola di Tim CSR RU VI Balongan. Setelah itu, baru dilakukan bagi hasil ke petani, termasuk untuk pembelian pupuk dan lain-lain,” imbuhnya. (*)