Menu

Mode Gelap

Budaya · 9 Nov 2023 13:04 WIB

Kerjasama Universitas Paramadina dan INDEF Bedah Pemikiran Amartya Sen


					Kerjasama Universitas Paramadina dan INDEF Bedah Pemikiran Amartya Sen Perbesar

JAKARTA, anewsidmedia.com – Universitas Paramadina bekerjasama dengan INDEF menyelenggarakan Diskusi Publik pemenang Nobel Pemikiran Amartya Sen: Etika Berbasis Kebebasan, di Auditorium Nurcholish Madjid, Selasa (7/11/2023).

Dosen IPB dan peneliti INDEF Deniey A. Purwanto, PhD mengungkapkan bahwa penghargaan yang diberikan kepada Amartya Sen sangat banyak, baik berkaitan dengan bidang ekonomi, sosial, maupun politik.

“Sen mendapatkan Nobel karena kontribusinya pada welfare economics dengan berkontribusi mengatasi permasalahan masyarakat seperti hal-hak individu, kekerasan mayoritas, dan ketersediaan informasi. Tak hanya itu, Sen banyak membahas isu mengenai kelaparan yang terjadi di India yang berkaitan dengan teori pilihan sosial,” paparnya, dalam keterangan resmi Universitas Paramadina, Rabu (8/11).

Ia menjelaskan bahwa teori pilihan sosial berfokus pada hubungan antara nilai individu dan pilihan kolektif. Jika ada perbedaan pendapat, maka masalah yang harus dipikirkan adalah menemukan metode untuk mencari titik temu dengan tujuan untuk menyatukan pendapat yang berbeda dalam sebuah keputusan yang menjadi perhatian semua orang.

Menurut Deniey pemikiran tentang ukuran kemiskinan baru yang dikemukakan Sen yang mendasari indeks kemiskinan, indeks pembangunan manusia, dan indeks kemiskinan manusia. Konsep poverty indeks, sering digunakan dalam dunia akademik untuk menghitung garis kemiskinan yang dikenal dengan indeks kemiskinan Sen-Shorrocks-Thon.

Berita Terkait:  Rocky Gerung: Prosedur Demokrasi Saat ini adalah Peralatan Jokowi untuk Perpanjang Dinastinya

“Sayangnya, anak perempuan dianggap sangat rentan sehingga terjadinya ketidaksetaraan layanan kesehatan yang didapatkan, nutrisi buruk pada anak perempuan, dan kelalaian sosial, hal ini terjadi di wilayah asia khususnya Tiongkok, India, Afrika Utara, dan Asia Barat,” jelasnya.

Konsep tersebut menurutnya berkembang dan dikenal konsep alternative breadwinners model, didasari oleh pembagian kerja di dalam rumah tangga. Deni mengembangkan 7 model yang berlaku setara baik untuk suami maupun istri dalam berumah tangga. Ia memandang pendekatan kapabilitas yang berfokus pada kemampuan aktual seseorang untuk mencapai kehidupan yang dihargai.

Sedangkan pembicara lainnya Dr. Sunaryo yang juga merupakan dosen Universitas Paramadina melihat Amartya Sen sebagai orang yang lahir dalam ilmu pendidikan, yang namanya sendiri berarti abadi. “Sen menggeluti masalah kapabilitas karena ada konflik antara ibu dan musim. Sebenarnya permasalahan yang terjadi bukan hanya konflik dan makanan, tetapi ada permasalahan identitas dan permasalahan kapabilitas,” katanya.

Menurut Sen peristiwa kelaparan di Bangladesh bukan karena masyarakat tidak memiliki makanan, tetapi karena masyarakat tidak dapat mengakses makanan.

Berita Terkait:  PPM Didiskualifikasi Buntut dari Kericuhan Debat Kandidat Pemilwa UIN Walisongo Semarang

Dalam teori kapabilitas menurut Sunaryo ditekankan bahwa orang dapat menganggap hal tersebut bagi apa yang bernilai baginya. “Ada tiga aspek yang penting dalam kapabilitas yaitu kemampuan untuk meraih atau mencapai sesuatu, konsep mengenai hal yang dianggap bernilai, dan rasionalitas sebagai sikap kritis. Negara yang melarang warganya berbicara itu merupakan sebuah kecacatan,” ungkapnya.

Selanjutnya Sunaryo menjelaskan ada beberapa hal yang mempengaruhi kapabilitas, yaitu sosial-politik dan kebijakan publik, lingkungan dan alam, budaya dan hubungan dalam komunitas, serta keragaman pribadi.

“Pendekatan kapabilitas sendiri memiliki keterkaitan dengan teori pilihan sosial. Didefinisikan oleh Sen, teori ini merupakan hubungan yang memperhatikan antara preferensi individu dan pilihan sosial. Mekanisme dalam pembuatan sosial choice harus mendengar argumen dari berbagai orang, bukan mendengarkan dari perspektif mayoritas saja, tetapi dari minoritas juga. Harus dengan sangat terbuka dan jangan sampai masuk pada ilusi objektif maka harus melihat dari sisi lainnya,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Pemberantasan Truk Odol dan Pengemudi Tidak Terdidik

28 Februari 2025 - 17:34 WIB

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Trending di Pendidikan