PEKALONGAN, anewsidmedia.com – Dalam upaya menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih tinggi di daerah tropis, khususnya Desa Sijambe, mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika, Prodi Biologi, Universitas Diponegoro (Undip), Firna Hafiyani, menginisiasi pembuatan spray anti-nyamuk berbahan alami.
rogram ini merupakan bagian dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dimulai pada 10 Juli hingga 19 Agustus 2024. Pelaksaan program ini dilaksakan pada 4 Agustus 2024.
Desa Sijambe, yang berada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi, kerap mengalami peningkatan kasus DBD, penyakit endemik yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kondisi lingkungan yang lembab dan banyaknya genangan air menjadi faktor pendukung berkembangnya nyamuk penyebab DBD. Melihat kondisi ini, Firna dan timnya mengambil inisiatif untuk memperkenalkan produk spray anti nyamuk alami kepada masyarakat setempat.
Bertempat di Balai Desa Sijambe, Firna dan timnya memberikan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya. Selain itu, mereka juga secara langsung mempraktikkan pembuatan spray anti-nyamuk yang terbuat dari bahan alami seperti serai dan kulit jeruk.
Bahan-bahan alami ini dipilih karena mengandung senyawa aktif yang efektif mengusir nyamuk tanpa menimbulkan efek samping berbahaya bagi kesehatan.
“Serai dan kulit jeruk memiliki kandungan minyak atsiri yang bersifat insektisida alami. Kandungan ini mampu mengusir nyamuk secara efektif,” ujar Firna.
Selain memaparkan materi mengenai bahaya nyamuk DBD, Firna juga memberikan pelatihan pembuatan spray anti nyamuk dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti serai (Andropogon Nardus L) dan kulit jeruk (Citrus Sinensis Osbeck).
Cara Pembuatan:
- Pembuatan spray anti nyamuk dimulai dengan pengolahan ekstrak etanol dari batang serai dan kulit jeruk menggunakan metode maserasi.
- Proses ini melibatkan pemotongan kulit jeruk dan batang serai menjadi ukuran yang sangat kecil, lalu menjemurnya di bawah sinar matahari hingga kering untuk mengurangi kadar air pada bahan baku.
- Setelah kering, bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah toples dan ditambahkan etanol 96%. Wadah kemudian ditutup rapat menggunakan aluminium foil dan dibiarkan selama 4-5 hari dalam kondisi tertutup.
- Pastikan bahwa batang serai dan kulit jeruk terendam seluruhnya dalam etanol. Setelah 4-5 hari, ekstrak etanol dipisahkan dari bahan baku.
- Kemudian, aquadest ditambahkan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan: formulasi 50 ml ekstrak etanol dan 50 ml aquadest.
Proses pembuatan spray anti-nyamuk ini melibatkan ekstraksi senyawa aktif dari serai dan kulit jeruk menggunakan metode maserasi. Ekstrak yang dihasilkan kemudian dicampur dengan aquadest dan dikemas dalam botol spray.
Produk alami ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang aman dan efektif untuk mengusir nyamuk, sehingga dapat mengurangi risiko penularan DBD.
Kegiatan sosialisasi dan pembuatan spray anti-nyamuk ini mendapat sambutan positif dari masyarakat Desa Sijambe. Mereka antusias mengikuti pelatihan dan berharap produk alami ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
“Semprotan ini sangat berguna bagi masyarakat Desa Sijambe soalnya kan disini banyak nyamuk dan masyarakat juga kadang malas membeli lotion anti nyamuk karena beberapa alasan.” Ungkap salah satu warga Desa Sijambe.
Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat untuk mencegah terjadinya DBD.
Selain itu, inovasi pembuatan spray anti-nyamuk berbahan alami ini juga dapat menjadi contoh bagi masyarakat lainnya untuk memanfaatkan potensi bahan-bahan alami di sekitar mereka.
Firna berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Sijambe dapat lebih sadar akan bahaya DBD dan lebih aktif dalam upaya pencegahan penyakit ini dengan memanfaatkan produk-produk alami yang mudah dibuat dan aman digunakan.
“Semoga dengan hadirnya produk alami ini dapat membantu masyarakat Desa Sijambe secara berkelanjutan dan meminimalisir penyakit DBD disana.” Pungkasnya.