Menu

Mode Gelap

Budaya · 18 Agu 2024 18:34 WIB

Meningkatkan Kesadaran Sejarah Masyarakat Desa Wonosari: Membangun Rasa Bangga dan Semangat Pelestarian Budaya Lokal


					Meningkatkan Kesadaran Sejarah Masyarakat Desa Wonosari: Membangun Rasa Bangga dan Semangat Pelestarian Budaya Lokal Perbesar

KARANGANYAR, anewsidmedia.com – Desa Wonosari merupakan sebuah Desa kecil berasal dari dua kata “Wono” berarti hutan dan “Sari” berarti pusat atau inti, jadi Wonosari merupakan pusat atau intinya hutan di wilayah Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Wonosari dahulu merupakan wilayah mangkunegaran pada Tahun 1936, merupakan daerah Kapanewan Kalioso yang dipimpin oleh (Sunarto) yang sekarang menjadi Kecamatan Gondangrejo.

Sebelum masuk di wilayah Kabupaten Karanganyar, Wonosari masuk dalam wilayah Kapanewan Kalioso dan Kawedanan Wonoharjo. Pada tahun 1945 setelah Kemerdekaan Republik Indonesia barulah menjadi wilayah Kabupaten Karanganyar.

Desa Wonosari memiliki 7 dusun terletak di kaki gunung dengan panorama alam yang indah, merupakan salah satu desa yang kaya akan sejarah dan tradisi budaya. Pentingnya Sejarah dan

Budaya Lokal merupakan warisan yang tidak hanya menceritakan perjalanan masa lalu, tetapi juga menjadi identitas dan kebanggaan masyarakat. Melestarikan budaya dan tidak melupakan sejarah merupakan langkah krusial dalam menjaga identitas dan warisan suatu masyarakat. Budaya dan sejarah adalah cermin dari perjalanan, nilai, dan tradisi yang membentuk karakter sebuah komunitas.

Berita Terkait:  Kerjasama FT Unwahas Semarang dan BRIN Jadi Peluang Inovasi di Segala Bidang

Seiring dengan perkembangan zaman, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sejarah dan budaya lokal mulai menurun.

Banyak masyarakat terutama generasi muda, yang mulai melupakan atau tidak mengetahui nilai-nilai penting dari sejarah dan budaya lokal tersebut. Melihat kondisi tersebut, Adella Ayunda Patrisia, Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2023/2024, tergerak untuk mengadakan sosialisasi serta membuat buku tentang kearifan lokal Desa Wonosari yang memuat sejarah, adat istiadat, budaya, cagar budaya yang terdapat di Desa Wonosari.

Pembuatan buku kearifan lokal Desa Wonosari ini melibatkan berbagai pihak, termasuk sesepuh, Bapak Waluyo selaku Kepala Dusun Gemblung Kulon sekaligus pelaku budaya yang turut melestarikan adat dan budaya di Desa Wonosari.

Kegiatan berlangsung di SMP Negeri 3 Gondangrejo pada Jumat (2/8/2024). Dalam kegiatan tersebut, Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 2023/2024 memperkenalkan tentang Sejarah Desa, Budaya, dan Adat Istiadat yang terdapat di Desa Wonosari.

Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang sejarah dan budaya lokal Wonosari. Selain itu untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya melestarikan budaya lokal serta meningkatkan kesadaran potensi sejarah lokal.

Berita Terkait:  Mahasiswa UNDIP Raih Gold Medal dan Grand Award Ajang World Innovative Science Project Olympiad 2023

Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan masyarakat terutama generasi muda dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya mereka serta membangun rasa bangga terhadap identitas lokal.

Generasi muda harus bisa mencintai sejarah karena sesuai yang dikatakan Ir. Soekarno “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.”

Dengan melestarikan budaya, kita menjaga keberagaman dan kekayaan warisan yang menjadi bagian dari jati diri kita.

Memahami sejarah membantu kita belajar dari pengalaman masa lalu, memperkuat rasa kebersamaan, dan memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang bagaimana masa lalu membentuk dunia kita saat ini.

Melalui pelestarian ini, kita memastikan bahwa generasi mendatang dapat menghargai dan meneruskan nilai-nilai serta tradisi yang telah ada, menjaga kontinuitas dan memperkaya kehidupan bersama.

Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari Kepala Dusun Gemblung Kulon, “Dengan memahami sejarah desa, kita akan lebih menghargai warisan budaya yang kita miliki. Rasa bangga terhadap sejarah akan mendorong kita untuk melestarikan budaya lokal dan mewariskannya kepada generasi mendatang,” ungkap bapak Waluyo yang merupakan salah satu orang yang berperan penting dalam melestarikan adat dan kebudayaan Desa Wonosari.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Trending di Kesehatan