Menu

Mode Gelap

Pendidikan · 20 Mar 2024 17:13 WIB

Bedah Buku Islam in Crimea, Melihat Wajah Krimea Sesungguhnya


					Bedah Buku Islam in Crimea, Melihat Wajah Krimea Sesungguhnya Perbesar

JAKARTA, anewsidmedia.com – Hak asasi masyarakat Krimea sangat tergantung kondisi tempat mereka tinggal, dimana tidak akan pernah tercapai kebebasan selama masih ada dalam penjajahan di tanah Krimea. Demikian disampaikan Head of the Crimea Platform Department within the Mission of the President of Ukraine in the Autonomous Republic of Crimea, Maria Tomak dalam diskusi dan bedah buku “Islam in Crimea” yang berlangsung pada Senin (18/3/2024).

Acara yang diselenggarakan secara hibrid dan dimoderatori oleh Emil Radhiansyah ini merupakan kerjasama Universitas Paramadina, PIEC, DKM Paramadina, Forum Alumni Australia– Indonesia muslim Exchange Program, dan Rumah Produktif.

Masih menurut Maria Tomak kehadiran buku “Islam in Crimea” ini menjadi penting. “Buku ini mampu menunjukkan wajah Krimea yang sesungguhnya, yang bukan Rusia, dan tidak pernah menjadi Rusia. Kita menginginkan perdamaian, tetapi tidak berarti kita akan menyerah untuk menerima pemerintahan diktator dari Rusia. Krimea harus dikembalikan ke negara Ukraina,” imbuh Maria.

Duta Besar Ukraina, Vasyl Hamianin yang turut hadir dalam diskusi menyatakan terimakasih kepada penulis buku dan apresiasi setinggi-tingginya atas penerbitan buku ini. “Buku ini bisa memberikan gambaran kehidupan muslim di Krimea yang membutuhkan dukungan dari masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Berita Terkait:  Relawan Projo Dukung Prabowo, Sodorkan 3 Nama Cawapres

Yanuardi Syukur sang penulis buku ini mengatakan butu itu berisikan mengenai perjuangan masyarakat Krimea. “Buku ini menggambarkan sejarah perjuangan etnik Tatar Krimea dan nanti akan ada buku kedua yang membahas mengenai revolution of dignity dan lain sebagainya,” ucapnya.
 
Sedangkan Syekh Imam Murad mengatakan bahwa permasalahan Krimea merupakan hal penting yang harus menjadi keprihatinan kita semua. “Berdasarkan sejarah, Islam masuk di Krimea pada abad ke 10, dengan perantara masuknya Islam di turki melalui para pedagang. Kemudian dari perkembangan yang terjadi kemudian secara pemerintahan, agama resmi di Krimea adalah Islam,” papar Syekh Imam Murad.
 
Dalam perkembangan kemudian berdiri banyak masjid dan lembaga pendidikan islam yang bekembang secara pesat. “Disana mempelajari bagaimana memahami Islam dan al-Quran secara umum, selain itu juga ada 10 ulama yang sangat produktif sehingga hal tersebut membuktikan bahwa Islam di Krimea berkembang sangat pesat,” imbuhnya.
 
Murad memaparkan bahwa pengaruh perpolitikan sangat berpengaruh di Krimea. “Salah satu halangan atau pengancaman beragama Islam oleh komunis adalah penghancuran masjid, atau diubah fungsinya menjadi tempat ternak,” tandasnya.

Berita Terkait:  Polisi Berhasil Cegah Enam Remaja Bersajam yang Diduga Hendak Tawuran

Tahun 1944 ada penghancuran secara massal masyarakat beragama Islam di deportasi “Marilah sebagaimana kita dianjurkan untuk tolong menolong dan bahu membahu untuk kebaikan dan ketakwaan kepada Allah taala,” imbau Syekh.
 
Dr. Maksym Yakovlyev selaku Head of the Department of International Relations and Director of the School for Policy Analysis at the National University of Kyiv-Mohyla Academy) menegaskan bahwa Krimea dan Islam merupakan satu bagian dari Ukraina. “Tatar Krimea merupakan bagian dari negara Ukraina dan bagian dari budaya Ukraina. Acara ini menjadi ruang untuk saling mempelajari dan mengenal masing-masing negara, baik dari segi budaya, agama, masyarakat dan sebagainya,” kata Maksym.
 
Director of Paramadina Institute of Ethics and Civilization – PIEC, Dr. Aan Rukmana memandang diskusi ini sangat penting. “Hingga saat ini tak banyak pembahasan mengenai Krimea di Indonesia. Sebenarnya di internet itu ada banyak sekali data yang tidak sesuai terkait situasi, wilayah dalam peta dan berbagai informasi lainnya. Sehingga saat ini menjadi PR bagi kita semua untuk mengoreksi data mengenai Krimea,” kata Aan.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Trending di Kesehatan