Menu

Mode Gelap

Pendidikan · 1 Feb 2024 23:44 WIB

Penguatan Pertahanan Maritim Penting untuk Indonesia ke Depan


					Penguatan Pertahanan Maritim Penting untuk Indonesia ke Depan Perbesar

JAKARTA, anewsidmedia.com – Visi pertahanan Keamanan Indonesia ke depan perlu mempertimbangkan penguatan strategi pertahanan maritim, karena posisi Indonesia berada di lingkungan strategis yang penuh dinamika dan uncertainty. Hal itu disampaikan Dr. Peni Hanggarini pada diskusi bertajuk “Apa Visi ke Depan? pertahanan Negara, Kedaulatan Bangsa” yang diselenggarakan Universitas Paramadina secara daring, Selasa (30/1/2024).

Peni yang juga merupakan Dosen di Universitas Paramadina ini, mengatakan Penguatan strategi pertahanan maritim menjadi begitu penting karena kepentingan nasional Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritime. “Indonesia memiliki potensi untuk menjadi an assertive -not aggressive-maritim power. Potensi ancaman keamanan global dari wilayah maritime dan sekitar maritime perlu dikelola dengan lebih baik serta didukung oleh teknologi,” jelasnya.

Indonesia lanjut Peni, tidak bisa dipungkiri merupakan kekuatan maritime dunia. Ia menyarankan untuk penguatan strategi pertahanan maritim harus memahami bahwa ancaman hankam harus ditanggapi dengan sistem pertahanan semesta yang mengintegrasikan kekuatan pertahanan militer dan nir militer. “Visi pertahanan ke depan harus basic by visi pertahanan yang smart, spesifik, measurable, achievable, dan time based,” imbuhnya.

Berita Terkait:  Kerjasama Universitas Paramadina dan INDEF Bedah Pemikiran Amartya Sen

Marsekal (Purn) Chappy Hakim, Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia menekankan pentingnya konsep pertahanan Keamanan Nasional (Defense White Paper). “Di dalamnya diuraikan tentang total defense yang terdiri dari beberapa lapis, misalnya komponen utama pertahanan, komponen cadangan, dan lainnya,” paparnya.

Konsep pertahanan keamanan nasional menurut Chappy, idealnya harus disosialisasikan agar semua orang menyadari apa tugasnya bila terjadi perang. “Apakah di komponen utama, cadangan atau pendukung. Buku Putih pertahanan pada 2015 sayangnya belum diuraikan dan belum juga diimplementasikan,” sambungnya.

Masa depan pertahanan juga telah memasuki cyber world, yang menjadi domain kelima setelah Daratan, Perairan, Udara dan angkasa luar, Space Force dan Cyber Force.

Narasumber lainnya, Prof Dr Imron Cotan menjelaskan bahwa ancaman terhadap pertahanan dan keamanan, kedaulatan negara dari perspektif Cyber War yang merupakan matra baru dari matra konvensional darat, laut, udara selama ini.

Imron menegaskan bahwa USA dan China justru memiliki agenda yang sama terhadap Indonesia, yakni bagaimana menciptakan masyarakat yang sekuler dan liberal. “Karena mereka takut Indonesia akan menjadi Negara fundamentalis dengan penduduk yang 88 % beragama Islam. Hal ini yang jarang disorot oleh para pakar kita,” urainya.

Berita Terkait:  Pertemuan Bilateral Indonesia dan UEA Bahas Soal Peningkatan Kerjasama di Berbagai Bidang

Oleh karena itu lanjut Imron, USA mencoba membangun pranata-pranata yang mendukung agenda Liberalisasi dan sekularisasi itu. “Hal itu berhasil di Jepang dan Korea Selatan, bahkan pajak tertinggi di Jepang berasal dari industri pornografi dan judi. Kalau Indonesia tidak hati-hati, maka akan terjerumus hal seperti di Jepang,” ujarnya.

Pengamat pertahanan dan Militer, Dr. Connie Rahakundini menegaskan bahwa Indonesia harus mampu memainkan peran aktif dalam menghadapi semua tantangan arsitektur keamanan.

“Indonesia tidak bisa menghindar dari tanggung jawab keamanan dunia. Harus lebih proaktif, menjadi pemain yang berpengaruh, dan orientasi foreign policy kita harus disesuaikan untuk menjadi negara poros maritim, dirgantara dan permukaan dunia,” bebernya.

Menurut Connie ancaman Hankamnas berdasar riset Lemhanas, adalah pengaruh spillover perang dari China vs USA jika keduanya berperang pada 2037 terkait Taiwan atau lainnya. “Jika terjadi perang USA vs China maka itu terkait dengan pengaruh 13 triliun dolar GDP akan berdampak sangat besar ke segala aspek,” ucapnya.

Pada 2023 oleh sementara negara maju, Indonesia dikategorikan sebagai Kawasan merah, yakni Kawasan yang potensial terjadi konflik. “Ancaman keamanan di pilpres 2024 jika berjalan dengan tidak benar. Karenanya proses pilpres dan menjaga demokratisasi di Indonesia harus dilaksanakan dengan serius dan hati-hati,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Trending di Kesehatan