Menu

Mode Gelap

Budaya · 31 Des 2023 23:28 WIB

Pura Agung Giri Natha: Perpaduan Wisata, Tempat Ibadah, Toleransi, dan Budaya Bali


					Pura Agung Giri Natha: Perpaduan Wisata, Tempat Ibadah, Toleransi, dan Budaya Bali Perbesar

SEMARANG, anewsidmedia.com – Saat ini kalian tidak perlu jauh-jauh jika ingin merasakan suasana bali, cukup datang saja ke Pura Agung Giri Natha. Pura tersebut berlokasi tidak jauh dari tengah kota dimana kurang lebih hanya 15 menit dari Stasiun Poncol lebih tepatnya di Jalan Sumbing No. 12, Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur, Semarang.

Pura ini dibangun diatas daerah perbukitan sehingga menyajikan keindahan alam Kota Semarang. Walaupun memiliki beberapa pura yang bagus tetapi Pura Agung Giri Natha bisa dibilang salah satu yang paling bagus dan indah, dimana pura ini tidak hanya menjadi tempat ibadah saja tetapi juga bisa menjadi tempat wisata dan budaya.

Ada beberapa hal menarik yang dapat kita bahas mengenai Pura Giri Natha yang pertama yaitu lokasinya, pura berada di daerah perbukitan dimana kalian bisa melihat Kota Semarang dari atas. Direkomendasikan jika berniat untuk mengunjungi alangkah baiknya saat musim hujan karena menambah nuansa sejuk dan damai serta membawa kesan sedang berada di Bali.

Hal menarik kedua yang bisa ditemukan yaitu banyak sekali budaya-budaya Jawa dan Bali yang masih dipertahankan di Pura tersebut. Misalnya pakaian-pakaian adat, patung-patung, dan gamelan tradisional. Di dalamnya juga terdapat satu panggung yang biasanya digunakan untuk pementasan entah itu tarian maupun budaya lainya. Pura Giri Natha juga memiliki foodcourt yang menyediakan makanan-makanan Khas bali seperti nasi campur Bali, babi guling khas bali, dll. Hal ini dapat menambah nuansa seperti layaknya sedang berada di Bali.

Berita Terkait:  DPD IMM Jateng Sosialisasi SOP Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual

Walaupun Pura Agung Giri Natha bisa untuk destinasi wisata tetapi kita juga harus ingat bahwa pada dasarnya Pura adalah tempat ibadah umat hindu berdoa dan beribadah, oleh karena itu kita juga perlu menjaga dan memperhatikan tata tertib yang berlaku di Pura tersebut.

“Ada beberapa tata tertib yang harus dipatuhi seperti tidak boleh mengambil foto atau video di area tengah pura yang berfungsi sebagai tempat sembahyang, area ini bisa dibilang area yang paling sakral dimana hanya orang -orang yang ingin beribadah saja yang boleh masuk,” kata penjaga pura tersebut.

“Di dalam pura ini terdapat aturan yang ketat dimana tidak boleh ada sampah yang dibuang sembarangan dan dilarang merokok di area sekitar pura, beliau juga menjelaskan beberapa fungsi dari beberapa bangunan yang terdapat di pura tersebut misalnya seperti panggung kebudayaan yang biasanya mereka pakai untuk pertunjukan budaya dan kesenian serta terdapat ruangan untuk anak-anak muda berkreasi (organisasi), karena memang tujuan mereka membangun pura tersebut bukan hanya untuk sekadar tempat ibadah tetapi juga tempat dimana mereka bisa berbudaya dan melestarikan budaya nenek moyang mereka,” imbuhnya.

Berita Terkait:  Mbak Ita Ingatkan Warga Soal Urban Farming Sikapi Kenaikan Harga Komoditi Pangan

Hal tersebut memang dibenarkan oleh seorang pengurus Pura Agung Giri Natha yaitu bapak Nengah Wirta Darma, dimana beliau berpesan bahwa tujuan dibangunya pura ini bukan hanya sekadar membangun tempat ibadah saja tetapi juga membangun budaya-budaya Indonesia terutama Bali dan Jawa yang saat ini sudah mulai pudar karena perkembangan zaman.

“Dengan adanya Pura ini diharapkan kita tetap dapat berbudaya dan tetap melestarikan budaya-budaya yang sudah ada sejak nenek moyang kita dahulu. Pura Giri Natha juga memiliki konsep pembangunan Sustainibility dan ramah lingkungan dimana seperti yang diketahui bahwa pura ini memiliki banyak tanaman-tanaman hijau yang masih asri dan di padukan dengan budaya-budaya Indonesia seperti patung-patung dan lainya dan memiliki peraturan- peraturan yang ketat menyangkut kebersihan
seperti salah satunya larang merokok di pura tersebut,” katanya.

Sebenarnya Pura Giri Natha sudah dibangun sejak tahun 1968 tetapi dulu belum menjadi pura seperti saat ini, di awal pembangunan pura tersebut hanya berupa beberapa arca atau lingga yoni dan tempat seadanya untuk beribadah, tetapi perlahan lahan waktu demi waktu pembangunan pura ini kemudian berkembang sampai saat ini dan jadilah pura yang seindah itu dan sebersih itu, dari yang awalnya hanya tempat ibadah kecil kemudian berkembang menjadi besar dan bagus serta terdapat beberapa spot yang bagus dimana kita bisa melihat keindahan kota semarang dari atas dan kita gunakan untuk berfoto.

Berita Terkait:  Pari Jawa Terancam Punah, Begini Penjelasan Ahli Perikanan dan Kelautan UNAIR

Alasan dibangunnya Pura Agung Giri Natha pada awalnya adalah karena banyak umat hindu yang berdatangan ke Kota Semarang tetapi mereka kesulitan untuk beribadah karena masih jarang di temui Pura, walaupun ada beberapa tetapi secara lokasi masih jauh sehingga hal tersebut membuat ummat hindu sepakat untuk membangun Pura yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota dan pada akhirnya dibangunlah Pura Agung Giri Natha tersebut.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Meniadakan Mudik Gratis Sepeda Motor

23 Februari 2025 - 11:19 WIB

Trending di Ekonomi