JAKARTA, anewsidmedia.com – Problematika Gen Z pada awal usia 20 tahun salah satunya adalah gengsi, termasuk gengsi untuk selalu bergantung pada orang tua. Tak sedikit mahasiswa dari kalangan Gen Z yang memutuskan untuk menjadi entrepreneur pada usia awal 20. Mereka memulai bisnisnya dari bidang Fnb, jasa, sampai menjual suatu barang.
Revandhy Ridwan (20 tahun), seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Ilmu Hukum, sudah merintis karirnya sebagai wirausahawan semenjak menempuh semester satu. Ia berpendapat bahwa selain menambah track record di cv, pengalaman kerja, dan relasi, merintis karir sejak usia dini juga dapat meringankan beban orang tua yang sudah membiayai pendidikannya.
“Awal nge-vape itu dari kelas 1 SMP, waktu itu lagi booming-boomingnya vape di Indonesia. Pernah ketahuan guru BK, disita, habis itu sempat berhenti sampai kelas 1 SMA. Lama kelamaan jadi hobi sampai sekarang,” ucapnya.
Menurut Revandhy, hobi merupakan gerbang utama dari usahanya. Ia mengobservasi pasar di sektor vape, bahwasannya kondisi pada saat itu terlalu banyak demand atas vape dan supply yang sedikit sehingga menyebabkan tingginya permintaan atas vape.
“Jadi oportunis itu penting, karena selagi ada kesempatan maka peluang pasar akan terbuka lebar dan penghasilan akan lebih banyak,” imbuhnya.
Awal merintis karirnya, Revandhy menjadi reseller coil vape pertama di wilayah Tangerang Selatan, Tangerang Kota, Depok, dan Jakarta Selatan. Saat ini ia diangkat menjadi district manager yang bertugas mendistribusikan coil vape.
Menurutnya, tren vape dikalangan muda mudi saat ini disebabkan karena perubahan gaya hidup Gen Z. Gen Z sekarang menganggap kebiasaan vaping adalah suatu tren yang keren. Selain itu, mereka menganggap bahwa vape jauh lebih hemat dibandingkan dengan rokok dan dinilai dari tingkat bahayanya, rokok jauh lebih berbahaya daripada vape karena rokok mengandung tar sedangkan vape tidak.