SEMARANG, anewsidmedia.com – Winner Puteri Literasi Indonesia 2022, Aura Angellica Risqullah berkesempatan menjadi pembicara dalam Pelatihan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (PKMMTD) Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang diselenggarakan di Gedung LP2M Unnes (5/11/2023). Kegiatan ini sukses mencapai tingkat partisipasi peserta sebanyak 200 orang, yang terdiri bukan hanya dari Mahasiswa Unnes saja, tetapi juga dari kampus lainnya.
PKMMTD merupakan kegiatan yang berorientasi pada wadah pengembangan diri bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan dan mengelola organisasi kampus. Selain itu, kegiatan ini digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menerapkan gagasan – gagasan dari mahasiswa untuk mengaktifkan kreativitas dalam rangka memperoleh pengalaman dengan mempertimbangkan signifikansi berpikir kritis dan bertindak secara kreatif serta adaptif dalam menghadapi era saat ini.
Tujuan diselenggarakannya acara ini diantaranya untuk memperluas wawasan dan pemahaman dalam bidang sosial, politik, dan kemahasiswaan bagi mahasiswa, menggali potensi yang dimiliki oleh masing – masing individu sebagai pemimpin yang berkualitas dan berkarakter untuk masa depan, memberikan sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan dan minat mahasiswa dalam berorganisasi, menguatkan hubungan dan komunikasi antara mahasiswa di Fakultas Teknik secara khusus, serta di seluruh lingkungan Universitas Negeri Semarang maupun di luar kampus.
Selama berabad-abad, hampir di seluruh dunia, perempuan telah menghadapi ketidaksetaraan gender yang sistematis. Masyarakat yang didasarkan pada nilai-nilai patriarki telah memberikan dominasi laki-laki atas perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti kebijakan, ekonomi, pendidikan, dan kehidupan rumah tangga.

Adapun yang menjadi pokok pembahasan yang disampaikan oleh Aura selaku pembicara diantaranya, konsep patriarki dan konsep kesetaraan gender, penjelasan megenai patriarki dan kesetaraan gender secara general, pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan, problematika dalam penerapan kesetaraan gender di Indonesia, peran mahasiswa dalam mewujudkan kesetaraan gender, dan terakhir strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender.
Kesetaraan gender adalah salah satu prinsip hak asasi manusia yang paling mendasar. Semua individu memiliki hak yang sama, tanpa memandang gender, untuk bisa hidup tanpa diskriminasi dan dengan akses yang sama ke peluang dan juga sumber daya.
Selain itu, tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang termasuk dalam tujuan kesetaraan gender. Kesetaraan gender adalah bagian integral dari upaya global untuk mencapai perkembangan berkelanjutan dan mengakhiri kemiskinan.
Kesetaraan gender bukan hanya tentang memberikan hak yang sama, tetapi juga tentang pemberdayaan perempuan untuk menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat. Ketika perempuan memiliki akses yang sama ke pendidikan dan sumber daya, mereka dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan sosial dan ekonomi. Memahami patriarki dan kesetaraan gender adalah langkah pertama menuju perubahan sosial yang lebih adil. Ini melibatkan perubahan sikap dan perilaku dalam masyarakat, yang merupakan kunci untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Ketidaksetaraan gender berdampak pada berbagai aspek di dalam masyarakat, baik itu aspek pendidikan, sosial, politik, maupun ekonomi. Hal ini dapat menghambat perkembangan sosial, menghambat kemajuan dan kesejahteraan, serta menghambat dalam hal perekonomian. Perempuan masih menghadapi kendala dalam mendapatkan akses yang sama dengan laki-laki baik akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan posisi kepemimpinan. Hal ini membatasi potensi individu dan juga menghambat kemajuan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.
Norma-norma sosial dan budaya memainkan peran penting dalam mempertahankan ketidaksetaraan gender. Pemahaman mengenai patriarki dan pengaruhnya terhadap masyarakat penting untuk menggali akar masalah dan mencari solusi.Kekerasan Terhadap Perempuan: Isu ketidaksetaraan gender juga terkait erat dengan kekerasan terhadap perempuan. Diskriminasi gender dan ketidaksetaraan sering kali merupakan faktor yang memicu kekerasan fisik, seksual, dan emosional terhadap perempuan.