Menu

Mode Gelap

Kesehatan · 11 Des 2023 13:40 WIB

Kondisi Para Dokter di Gaza Terancam Kelaparan


					Kondisi Para Dokter di Gaza Terancam Kelaparan Perbesar

GAZA, anewsidmedia.com – Di tengah ketegangan antara Israel dan Palestina, kondisi dokter sebagai pelayan kesehatan di Gaza menjadi sorotan. Banyak rumah sakit mengalami kekurangan pasokan medis dan pasokan makanan. Karena keterbatasan ini upaya penyelamatan terhadap korban luka akibat pengepungan Israel menjadi terhambat.

Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan bahwa sembilan dari 10 orang tidak makan sama sekali selama sehari penuh. Tidak hanya itu, 97 persen warga Gaza juga tidak memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Kondisi ini membuat warga dan dokter-dokter yang ada di Gaza terancam mengalami kelaparan. Spesialis penyakit dalam dr Maher Ali dan dokter anak dr Faten Ali yang merupakan anggota Doctor Against Genocide (DAG) mengungkap bagaimana parahnya situasi di Gaza.

“Realitas yang menghancurkan ini memberikan gambaran suram tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi masyarakat Gaza,” ujar para dokter dikutip dari The New Arab, Senin (11/12/2023).

Mereka mengatakan hanya bisa mendapatkan satu potong roti setiap harinya. Tidak ada makanan kaleng dan makanan lain seperti susu, telur, dan keju. Kondisi ini membuat banyak orang ‘mengemis untuk makanan’.

Berita Terkait:  Sekjen MUI Lakukan Pengawalan Bantuan untuk Gaza hingga Mesir, Pastikan Tepat Sasaran

DAG mengungkapkan krisis yang terjadi dapat menyebabkan dehidrasi dan kelaparan pada dokter yang bekerja. Efeknya dapat berimbas pada layanan pada korban-korban luka yang menjalani perawatan.

Saat ini pasokan makanan dan air bersih hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil dari bantuan yang diperlukan dapat menjangkau perbatasan.

Mereka menuturkan walaupun tepung masih tersedia, namun harganya sangat mahal untuk satu kantong. Bahkan mereka menyebut bahwa pasar gelap untuk tepung juga sudah mulai muncul.

WFP mengungkapkan bahwa sulit untuk memberikan pasokan makanan pada orang-orang yang ada di Gaza. Hal ini disebabkan oleh serangan Israel yang tidak kunjung berhenti.

“Dengan rusaknya hukum dan ketertiban, operasi kemanusaiaan yang berarti tidak mungkin untuk dilakukan,” ujar Wakil Direktur Eksekutif WFP Carl Skau.

“Dengan hanya sebagian kecil dari pasokan makanan yang dibutuhkan, tidak adanya bahan bakar yang fatal, gangguan pada sistem komunikasi dan tidak adanya keamanan bagi staf kami atau bagi orang-orang yang kami layani dalam distribusi makanan, kami tidak dapat melakukan pekerjaan kami,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Meniadakan Mudik Gratis Sepeda Motor

23 Februari 2025 - 11:19 WIB

Trending di Ekonomi