SEMARANG, anewsidmedia.com – Universitas Diponegoro kembangkan Batik Dipokrista melalui kegiatan Matching Fund Kedaireka. Batik Dipokrista sendiri adalah batik inovasi matematika berbasis konsep kristalografi.
Diketuai oleh Prof. Dr. Widowati, S.Si., M.Si. Dekan Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Undip, kegiatan ini bekerjasama dengan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dan Batik Nilo Tirto Surakarta melibatkan 40 mahasiswa.
“Kita ingin mengenalkan matematika itu adalah seni yang indah, sehingga mahasiswa dapat termotivasi untuk membentuk inovasi yang kreatif dan dapat diaplikasikan ke permasalahan yang nyata, dalam hal ini yaitu untuk desain motif batik,” ucap Prof Widowati. Dikutip dari undip.ac.id.
Pembuatan Batik Dipokrista mengandalkan konsep kristalografi dalam transformasi bidang datar. Batik Dipokrista memiliki ciri khas transformasi geometri (translasi, rotasi, dan refleksi) sehingga sebuah motif dapat membentuk banyak pola pada karya batik cap.
Penggunaan pewarna alami Batik Dipokrista, yang tidak hanya aman bagi kulit tetapi juga tahan lama. Bahkan, seiring berjalannya waktu, warna batiknya akan semakin cerah.
“Saat ini ada 4 (empat) motif, yaitu Crop Circle, KrisMa (Kristalografi dan Batima), Bihani, dan UNDIPKu. Dari keempat desain motif dasar itu kita bisa menciptakan ribuan pola atau corak dengan menggunakan transformasi,” kata Prof Widowati.
Bersama Matching Fund Kedaireka di Batik Nilo Tirto Surakarta telah memberikan pengalaman yang luar biasa bagi mahasiswa Undip karena ilmu matematika ternyata dapat diaplikasikan secara kreatif dalam proses produksi batik cap. Selain itu, kegiatan MBKM juga dapat memberikan kesempatan mahasiswa untuk mengkonversikan sampai dengan 20 (dua puluh) sks mata kuliah yang relevan.
“Kami berharap pada pengembangan Batik Dipokrista kedepannya bisa memodifikasi lagi pola desain lainnya dan juga bisa dihilirisasi oleh industri,” pungkas Prof Widowati.