Menu

Mode Gelap

Budaya · 15 Nov 2023 23:37 WIB

Gelaran Sarasehan Sastra dan Budaya di UNS Angkat Nilai dan Kearifan Lokal dalam Naskah Jawa


					Gelaran Sarasehan Sastra dan Budaya di UNS Angkat Nilai dan Kearifan Lokal dalam Naskah Jawa Perbesar

SEMARANG, anewsidmedia.com – Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (BBPJT) bekerja sama dengan Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, menyelenggarakan kegiatan Forum Sastra Jawa Tengah yang bertajuk Sarasehan Sastra dan Budaya: Nilai dan kearifan lokal dalam Naskah Jawa. 

Kegiatan tersebut diselenggarakan di PUI Javanologi, Universitas Sebelas Maret Surakarta, pada Jumat, 10 November 2023.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Syarifuddin, MHum, mengatakan bahwa Balai Bahasa memiliki program prioritas, yakni melaksanakan revitalisasi bahasa daerah, mengembangkan dan menguatkan literasi, serta menginternasionalkan bahasa Indonesia. 

“Kalau kita berbicara tentang bahasa itu pasti di dalamnya ada sastra meskipun itu adalah dua kajian yang berbeda. Substansi Forum Sastra yang bertajuk Sarasehan Sastra dan Budaya ini pun merupakan bentuk pelindungan bahasa dan sastra meskipun berada di bawah pembinaan bahasa dan sastra. Adanya diskusi tentang kearifan lokal ini pun akan kami jadikan bahan untuk pembuatan dan penguatan konsep kegiatan kami,” kata Syarifuddin, dalam keterangan resminya, Selasa (14/11).

diskusi Forum Sastra itu menghadirkan empat narasumber yang dibagi dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, MA, MPhil (UGM) dan Prof. Sahid Teguh Widodo, MHum, PhD (UNS) sebagai narasumber dengan moderator Hary Sulistyo, SS, MA Sementara itu, sesi kedua menghadirkan Bandung Mawardi dan Rendra Agusta sebagai narasumber dengan moderator Sri Lestari, MPd. 

Berita Terkait:  Perkenalkan Labuan Bajo ke Masyarakat Luas, Sido Muncul Dapat Penghargaan dari Pemda Manggarai Barat

Sahid menyampaikan materi yang bertajuk “Model Konservasi Sosial dalam Serat Centhini”. Menurut Sahid, Serat Centhini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang paling terkenal pada abad ke-19.

“Serat Centhini memuat berbagai ilmu pengetahuan dan nilai kearifan hidup masyarakat Jawa pada masa lalu. Bahkan, serat itu memuat kajian tentang ilmu lingkungan hidup, pengetahuan tentang flora dan fauna, serta ilmu sosial ekonomi dan spiritual Jawa,” ungkap Sahid.

Sementara itu, Ahimsa menyampaikan materi tentang kajiannya, yakni morfem dalam bahasa Jawa dan naskah Babad Tanah Jawi. Morfem dalam bahasa Jawa itu, lanjut Ahimsa, penting untuk penerjemahan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Selain itu, terdapat nilai-nilai kearifan lokal dalam naskah Babad Tanah Jawi. 

“Cerita dalam naskah tersebut dapat diceritakan kembali oleh orang Jawa kepada orang lain dengan cara tertentu,” tutur Ahimsa.

diskusi sesi pertama dilanjutkan penyampaian materi pada sesi kedua oleh Bandung Mawardi. Bandung memulai materinya dengan mengulas novel yang ditulis oleh orang asing yang menceritakan tentang Indonesia. 

Berita Terkait:  Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Siap Ikuti Program ZI-WBK

“Tidak ada orang Jawa yang merasa hal tentang Jawa itu penting atau mengerti situasi Jawa dalam novel ini. Cara penulisan novel ini pun berbeda dengan orang-orang kita,” ujar Bandung. 

Sedangkan materi “Mencari yang Tersisa: Penelusuran Ulang Skriptoria Pegunungan Jawa (MM)” disampaikan oleh Rendra Agusta pada sesi kedua. Kegiatan Forum Sastra Jawa Tengah itu diikuti oleh seratus peserta. Mereka terdiri atas mahasiswa, komunitas sastra, duta bahasa, dan masyarakat umu

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Unity Sports Center Resmi Dibuka di Semarang, Hadirkan Akademi Tenis Bertaraf Nasional

23 April 2025 - 16:21 WIB

Sido Muncul Berbagi Santunan untuk 1.000 Dhuafa di Kabupaten Semarang

23 Maret 2025 - 08:20 WIB

Abdul Mu’ti: Tidak Perlu Menunggu 2045, Indonesia Emas Sudah Terwujud Kalau…

11 Maret 2025 - 00:25 WIB

Mengubah Kemacetan di Merak, Butuh Satu Komando

8 Maret 2025 - 21:36 WIB

Pertanyaan ini sering muncul dari para pemudik lintas Merak – Bakauheni karena setiap arus mudik Lebaran, seperti Lebaran 2024 terjadi kemacetan panjang sampai Km 97. Saking frustasinya menghadapi kondisi kemacetan yang selalu terjadi pada saat-saat arus mudik Lebaran. Diharapkan pada Lebaran 2025 ini kemacetan Panjang menuju ke Pelabuhan Merak tersebut dapat terurai, bila semua perencanaan yang ada saat ini dilaksanakan secara konsisten. Menurut Ketua DPP Gapasdap (Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan) Khoiri Soetomo (19 Februari 2025), pada saat penyelenggaraan angkutan lebaran 2024 di lintas Merak – Bakauheni kendali tertinggi operasional di lapangan bukan berada di bawah Kementerian Perhubungan, melainkan dikoordinasikan oleh pihak Kepolisian.

Dikdasmen PWM Sulawesi Selatan Jadi Tuan Rumah OlympicAD VIII Tahun 2026

28 Februari 2025 - 17:28 WIB

Beri Bantuan Rp 260 Juta, Sido Muncul Adakan Operasi Bibir Sumbing dan Langit-Langit Gratis

25 Februari 2025 - 21:16 WIB

Trending di Kesehatan